Selasa, 29 Mei 2018

Mengenang S.P.L. Sorensen di Logo Google


http://www.thehindu.com/sci-tech/science/k938lm/article24020451.ece/alternates/FREE_660/doodle

Hari ini, Selasa 29 Mei 2018, Google Doodle menampilkan animasi tombol play dengan beragam palet warna, dan beberapa ikon seperti secangkir kopi, pasta gigi, wortel, air, dan jeruk.

Jikalau kamu letakkan kursor mouse di atas doodle tersebut maka akan muncul nama S.P.L. Sorensen. Siapa ia?

Dikutip dari laman Google, S.P.L. Sorensen (Soren Peder Lauritz Sorensen) merupakan sosok pionir di dunia sains.

Lahir pada 9 Januari 1868 di Havrebjerg, Denmark, ia menjadi terkenal setelah berhasil menemukan skala derajat keasaman atau pH (potential of hydrogen) pada 1909.

Di dalam artikel yang menjabarkan temuannya tersebut, ia menjabarkan ada dua metode baru untuk mengukur pH.

https://i0.wp.com/wikieventing.com/wp-content/uploads/2018/05/s-p-l-srensen-402442e6-d334-485d-b9e9-ede6e4c41f0-resize-750.jpg
(sumber gambar : wikieventing.com)
Ia menjelaskan, metode pertama didasarkan pada elektroda. Sedangkan yang kedua dengan cara membandingkan warna sampel dengan satu set indikator warna yang dipilih sebelumnya.

Usai berhasil membuat penemuan yang luar biasa, Sorensen pun semakin giat "menelurkan" berbagai penelitian lainnya.

Dalam banyak penelitian tersebut, ia sering dibantu oleh sang istri, Margrethe Hoyrup Sorensen.

Keduanya mempelajari lipoprotein dan karbon monoksida dengan hemoglobin dan pada 1917 berhasil mengkristalkan albumin telur untuk pertama kalinya.

Sepanjang karir penelitiannya, Sorensen menerima berbagai penghargaan dari masyarakat ilmiah dan teknologi. Ia pensiun pada 1938 setelah kesehatannya menurun, dan meningggal setahun berikutnya.

Menghargai jasa di dalam dunia sains, Google menampilkan sosoknya ke dalam doodle pada hari ini.

(Ysl/Isk)

Sumber : www.liputan6..com

Sabtu, 19 Mei 2018

Abraham Ortelius Sang Pencipta Atlas di Logo Google

https://www.google.com/logos/doodles/2018/celebrating-abraham-ortelius-4851760517611520.3-law.gif

Google Doodle hari ini, Minggu 20 Mei 2018, menghadirkan Abraham Ortelius. Bagi kamu yang belum familier dengan nama ini, Abraham Ortelius adalah sosok pencipta atlas dunia modern (cartographer).

Jika kamu membuka laman utama mesin pencarian Google, Google Doodle akan menampilkan animasi tulisan Google dengan buku yang memperlihatkan sejumlah ilustrasi atlas dan karakter Abraham Ortelius.

Sosok Abraham Ortelius sendiri dianggap sangat berpengaruh bagi dunia pemetaan dunia. Pantas saja karyanya patut diapresiasi di Google Doodle.

Ilmu dan teorinya sendiri sampai saat ini bahkan masih digunakan oleh kalangan ilmuwan, ahli geografi, serta ahli pemetaan.

https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/1/16/Abraham_Ortelius_by_Peter_Paul_Rubens.jpg/250px-Abraham_Ortelius_by_Peter_Paul_Rubens.jpg
(sumber gambar : wikipedia)
Atlas pertama yang diciptakan Abraham Ortelius berjudul Theatrum Orbis Terrarum (Panggung Dunia), yang diterbitkan pada 20 Mei 1570 silam. Dari atlas inilah, kita bisa mengetahui bahwa Bumi itu sangat luas.

Atlas tersebut menyimpan 53 jenis peta dari seluruh negara di dunia. Atlas ini bahkan diklaim menjadi atlas paling akurat karena Abraham Ortelius dinilai sukses menyatukan semua negara serta budaya dalam satu bingkai besar.

Abraham Ortelius sendiri lahir di Antwerp, Belgia pada 14 April 1527. Awalnya, ia sanga tmenyukai pelajaran sastra klasik dan sejarah. Dari itu, ia penasaran akan luasnya Bumi dan mempelajari ilmu pemetaan.

Alasan Abraham Ortelius menciptakan atlas tak lain karena pada abad ke-16, belum ada orang yang bisa mencari instrumen paling cocok untuk bisa memperlihatkan bentuk dunia. Peta saat itu masih merupakan campuran dari spekulasi, fakta, bahkan fantasi murni.

Selama masa hidupnya, Abraham Ortelius juga dikenal sebagai salah satu pendiri sekolah ahli pemetaan Netherlandish School of Cartography.


(Jek/Isk)

Sumber : Liputan6.com

Kamis, 03 Mei 2018

Bapak Sinematografi Georges Melies di Logo Google

http://cdn2.tstatic.net/kaltim/foto/bank/images/georges-mlis_20180503_082647.jpg

Google Doodle hari ini, tepatnya edisi Kamis 3 Mei 2018, menampilkan sosok bernama Georges Méliès.
Ia adalah seorang sutradara film dan ilusionis yang juga menjadi pionir Special Effect (efek spesial, SFX) animasi dalam perfilman, khususnya dalam film ber-genre fiksi ilmiah.

Dalam sajian Google Doodle kali ini, jika kamu mengeklik laman utama mesin pencarian Google, kamu akan disajikan video animasi dalam tampilan 360 derajat dengan Virtual Reality (VR), dalam durasi 2 menit 10 detik yang bercerita tentang kisah pria yang dijuluki 'Bapak Sinematografi' ini.

Dalam video itu, Méliès diceritakan sebagai pelopor Special Effect dan sinematografi. Ia juga piawai melukis, membuat karikatur, hingga bersulap.

"Kontribusi Méliès untuk dunia film patut diapresiasi. Kala sinematografi baru muncul dan hampir semua (film) memiliki gaya dokumenter, Méliès justru mendobrak stereotip ini dengan menciptakan gaya baru," tulis Google.

"Special Effect selalu menjadi kontribusi besar dalam sebuah film. Ambil contoh, keajaiban dari sutradara kawakan seperti Georges Lucas dan Steve Spielberg mungkin tak akan bisa terwujud tanpa adanya konsep dari Méliès," tambah Google.

http://cinemathequefroncaise.com/Chapter3-2/MeliesPort05.jpg
(sumber gambar : wikipedia)
Méliès sendiri lahir di Prancis, 8 December 1861 silam. Lalu kenapa Google membuat doodle khusus tentang dirinya pada hari ini? Ternyata, hari ini bertepatan dengan tanggal rilis salah satu karya film terbesarnya, yaitu The Conquest of the Pole pada 1912.

Pria ini juga menjadi inspirasi banyak sineas di jagat perfilman soal pentingnya mengatur Special Effect, teknik film,serta aspek naratif di masa-masa awal perfilman.

Méliès juga sering mendapatkan inspirasi dari rentetan peristiwa di sepanjang hidupnya. Misal, untuk film The Conquest of the Pole, menyajikan interpretasi komikal dengan visual yang absurd, atas apa yang dilakukan Amundsen dan pesaingnya.

Karya-Karya Méliès
1. The One-Man Band (1990), di situ Méliès merekam dirinya terus-terusan pada strip film yang sama.
2. The Living Playing Cards (1905), Méliès menghentikan kamera, berubah karakter karakter dan mulai merekam lagi.

3. The Four Troublesome Heads (1989), Méliès menutup benda berwarna hitam di depan kamera untuk menciptakan ilusi elemen yang seolah-olah menghilang.

4. The Mermaid (1904), Méliès menggunakan teknik yang sam, tetapi kali ini ia merekam sedikit bagian film lain di bagian atas benda hitam.

5. Trip to the Moon (1902), Méliès menghentikan kamera, meminta karakter keluar dari frame, dan mulai merekamnya lagi.

(Jek/Isk)

Sumber : www.liputan6.com